Apakah anda tinggal di kota orang?
Apakah anda jauh dari orang tua?
Apakah anda merasakan suka dan duka tinggal sendirian?
Apakah anda sering merasa “kesulitan” keuangan?
Jika semua pertanyaan diatas jawabannya adalah “Ya” maka kita merasakan hal yang sama, yaitu rasa menjadi seorang anak perantauan. Menjadi anak perantauan memang tidak segampang dan se-menyenangkan yang kita kira. Jauh dari orang tua, secara mendadak dan notabene biasanya kita tinggal nyaman di rumah bersama orangtua dan keluarga kita. Tapi menjadi anak perantauan mempunyai kebanggaan tersendiri karena kita dapat membuktikan bahwa kita bukan anak yang manja atau penakut untuk tinggal sendirian di kota orang. Menjadi anak perantauan juga dapat melatih kita agar hidup mandiri karena suatu saat nanti kita harus terlepas dan tidak bisa selamanya bergantung pada orangtua kita.
Menjadi anak perantauan memang mungkin awalnya sulit dan tidak gampang. Kita harus bisa membiasakan diri hidup sendiri dan mungkin saja perhatian orang-orang terhadap kita akan sedikit berkurang atau tidak sebanyak dulu. Kita juga harus pintar-pintar mengatur keuangan karena kita tidak bisa meminta uang segampang dulu lagi. Menjadi Mahasiswa juga tidak segampang menjadi siswa SMA dulu, semua-semua kita harus pintar mengatur. Mulai dari jadwal kuliah agar tidak bentrok, jumlah SKS yang diambil, dosen, kelas, dan sebagainya. Menjadi anak perantauan memang tidak semudah membalikan telapak tangan.
Namun dengan adanya kesulitan-kesulitan diatas, kita dapat mempelajari cara bersyukur. Bersyukur ketika kita bisa bersama keluarga yang nyaman, yang serba ada. Dan jangan pernah sia-siakan itu. Dan juga dengan kita dapat “survive” itu bisa menjadi sebuah proses pendewasaan dimana kita berani untuk keluar dari zona kenyamanan kita untuk menjadi manusia yang lebih baik.
“BERANILAH UNTUK KELUAR DARI ZONA NYAMAN MU, DEMI KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar